Kamis, 05 Mei 2011

Metode Kefilsafatan

Tata cara Perenungan Kefilsafatan
Tata cara mempunyai arti lebih dari sekedar melukiskan hasil akhir.  Tata cara membutuhkan hal rinci mengenai metode-metode yang harus dipakai.
Di awal dikatakan bahwa filsafat adalah perenungan yang berusaha menyusun sebuah konsepsional jenis tertentu.  Ia berusaha memperolah makna istilah dengan cara melakukan analisa terhadap istilah-istilah tersebut. Atau ia berusaha mengumpulkan hasil-hasil penyelidikannya ke dalam suatu sintesa.
Secara umum dikatakan bahwa kedua hal itulah yang merupakan metode yang digunakan filsuf: 1) Analisa & 2) Sintesa.

Penjelasan Analisa.
Maksud analisa:
Ialah melakukan pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam pernyataan yang dibuat.
Pemeriksaan ini mempunyai dua macam segi:  
1)    Memperoleh makna baru yg terkandung dalam istilah ybs.
2)    Menguji istilah itu melalui penggunaannya.
Analisa berarti: perincian istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan ke dalam bagian-bagiannya sedemikian rupa sehingga mengetahui makna yang dikandungnya.
Misal: apa yang dimaksud dengan “meja itu nyata”
Kita harus melakukan penggolongan istilah ‘nyata’. Di sini kita harus melakukan ‘ekstensi’ (penerapan) dan ‘intensi’ (sifat-sifat) dari istilah tadi.
Contoh: Man is an animal.
Contoh di atas adalah contoh ekstensi, menunjuk si A dan si B, si C dst sbg manusia perseorangan.



Penjelasan Sintesa
Lawan analisa atau perincian adalah sintesa atau pengumpulan. Maksud sintesa adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.

Perangkat-perangkat Metodologi
(Logika, Induksi, Deduksi, Analogi, Komparasi)

Di atas adalah dua petunjuk berpikir yang diikuti dalam perenungan kefilsafatan.
Ada banyak perabot khusus yang memberikan bantuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan berpikir.
Logika (dibagi pada Logika Deduktif dan Logika Induktif)
Logika Deduktif:
Prinsipnya: Apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis itu.
Jika orang dapat membuktikan bahwa suatu peristiwa termasuk dalam kelas yang dipandang benar, maka secara logika dan otomatik orang dapat menarik kesimpulan bahwa kebenaran yang terdapat dalam kelas itu juga menjadi kebenaran peristiwa yang khusus itu.
Alat untuk mencapai pengetahuan dengan jalan deduksi disebut ‘Silogisme’
Silogisme adalah suatu argumentasi yang terdiri dari tiga buah proposisi.  Dua proposisi yang pertama disebut ‘premis mayor’ dan premsi minor.  Sedang proposisi yang ketiga disebut ‘kesimpulan’, konklusi, atau konsekuen
Jenis Jenis Silogisme (lihat hal 37 sutrisno).



Logika Induktif
Logika induktif membicarakan ttg penarikan kesimpulan ‘bukan’ dari pernyataan umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan khusus. 
Kesimpulan hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan.
Dalam hal ini, sesungguhnya jumlah peristiwa yang kita dapatkan sulit untuk menjamin kebenaran penyamarataan yang kita lakukan, dan tidak ada aturan yang ditetapkan kecuali:
1)    Pastikanlah bahwa kita mendapatkan cukup peristiwa hal-hal yang khusus (tetapi yang dinamakan cukup itu berapa jumlahnya?)
2)    Pastikanlah bahwa kita tidak menghadapi peristiwa yang istimewa (ukuran istimewa?).

Contoh lihat halaman 42 sutrisno.

Analogi dan Komparasi
Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan adalah Analogi dan Komparasi.
Penalaran secara komparasi adalah berusaha menyimpulkan dengan menggantikan apa yang dicoba dibuktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenal.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar